GambarLimbah B3. Upaya pengelolaan limbah B3 dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: Reduksi limbah dengan mengoptimalkan penyimpanan bahan baku dalam proses kegiatan atau house keeping, substitusi bahan, modifikasi proses, maupun upaya reduksi lainnya. Teknologi pengolahan sampah sangat berpengaruh kerjakan kenyamanan dan kesehatan khalayak. Bagaimana satu daerah maupun ajang menerapkan teknologi perebusan sampah ini dengan tepat guna dan yang kita ketahui dan kita rasakan, sampah yang dibuang begitu cuma tentunya akan mencemari mileu hidup. Menimbukan bilyet tidak nyaman, bahkan bilyet mendalam yang bisa jadi ditumbulkan seperti datangnya pencakit dan kemabukan. Lakukan itu, dahulu dibutuhkan adanya penerapan dan pendayagunaan teknologi pengolahan sampah. Teknologi dalam proses penggodokan sampah ini menunggangi sejumlah cara Teknologi incenerator atau pembakaran Teknologi pembakaran akan menghasilkan logam bekas atau uap yang dapat difungsikan kembali misal generator listrik. Teknologi recycling daur ulang Teknologi ini pada prinsipnya memungkiri sampah yang dapat didaur ulang menjadi produk yunior yang bermanfaat. Teknologi composting pengomposan Teknologi pengomposan menafsirkan sampah organik menjadi kompos. Teknologi Perebusan Sampah Perkotaan Mengolah sampah di perkotaan menjadi tantangan sendiri bagi pemerintah kota. Untuk itu, perlu adanya kerjasama antara pemerintah kota dan umum. Mengurangi konsumsi, dan melakukan aktivitas yang dapat menghasilkan sampah di kemudian hari yakni riuk satu pendirian paling sederhana yang boleh mengurangi ki aib sampah. Selain memperalat teknologi perebusan sampah yang ramah lingkungan, teknologi pengolahan sampah perkotaan juga harus didukung menggunakan model TPA dengan standar dunia semesta cak agar lingkungan perkotaan tidak terganggu. Di samping itu, perebusan sampah di perkotaan menggunakan teknologi tepat maslahat penggodokan sampah. Misalnya saja, menerapkan teknologi incenerator, recycling, dan composting seperti yang sudah lalu diuraikan sebelumnya. Teknologi Terlambat Daya guna Penggarapan Sampah Teknologi tepat guna primitif penggarapan sampah yakni satu cara, alat, dan proses kerumahtanggaan memanfaatkan teknolgi secara sederhana, sehingga penting buat sosok. Cara tersebut seperti halnya menerapkan sistem 3R, merupakan reduce, mengurangi segala sesuatu/aktivitas/konsumsi yang boleh menghasilkan atau menimbulkan sampah di kemudia perian. Resue, tidak membuang barang-barang dan memanfaatkan kembali komoditas-barang nan masih bisa digunakan. Recycle, mendaur ulang barang-barang bekas seperti, botol plastik, kaleng rezeki, kertas, karton, dan benda-benda lainnya yang dapat diselesaikan sekali lagi menjadi barang nan dapat digunakan. Kamil penggunaan teknologi kesangkilan sederhana pengolahan sampah, antara bukan recycling alias pembakaran, teknik pengomposan, minicomposter yang digunakan lakukan peragian sampah organik menjadi humus. Tindakkan sederhana laksana buram implementasi teknologi efisiensi primitif pengolahan sampah yang dapat dilakukan di apartemen adalah mewujudkan kompos dari limbah sampah organik rumah tangga. Teknologi Pengolahan Sampah Beradab Teknologi pengolahan sampah berbudaya kini berkembang pesat. Para ahli terus berusaha mencari urut-urutan keluar bakal mengatasi masalah sampah yang ada dan tidak berkesudahan. Salah satu penggunaan teknologi pengolahan sampah modern adalah mengubah sampah organik manusia menjadi sumber energi. Selain itu, implementasi teknologi hypotermal yang ramah lingkungan bukan lama ini juga sudah digunakan. Teknologi hypotermal menafsirkan sampah menjadi bahan bakar bencana bara, pupuk, dan rahim ternak. Cara kerja teknologi hypotermal yakni dengan memasukan bahan mentah ke dalam mesin reaktor, kemudian dilakukan proses penyuntikan uap jenuh dengan temperatur 200°C dan 2Mpa. Kemudian proses pengadukan selama kurang lebih 2 jam. Setelah proses pelepasa uap, maka dihasilkan produk yang homogen atau sejenis. Produk homogen ini akan mempermudah proses pengeringan. Dengan membaca ulasan singkat di atas, kita telah memahami bilang teknologi yang boleh digunakan bakal pengolahan sampah. Mulai dari teknolgi pengolahan sampah sederhana, hingga teknologi penolahan sampah beradab. Itulah semua yang mengeanai penggunaan teknologi pengolahan sampah DasarPengelolaan Limbah Secara Fisik - e-Learning Sekolah … PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (Lengkap) | Garambang Blog. Berikut yang termasuk carapengolahan air limbar secaraalami, kecuali … - Brainly.co.id. LIMBAH | Science Quiz - Quizizz. Teknologi Pengolahan Air Limbah - Indonesia Environment & Energy Center. Sistem Pengolahan Air Limbah

11 Berikut termasuk cara penanganan limbah secara sederhana, kecuali ….. 12 Berikut yang bukan termasuk cara pengolahan air limbah secara alami adalah ………………………. 13 Pengolahacara limbah cair dengan cara memasukkan ke dalam tempat menyerupai sumur disebut …….. 14 Riol atau parit yang juga digunakan untuk menampung air hujan disebut ………………………. 15 Adanya mikroorganisme pada pembuatan kompos berfungsi untuk ………… 16 Limbah memiliki karakteristik berukuran mikro artinya ……….. 17 Berikut bukan termasuk faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah ………………………… 18 Material yang sudah tidak digunakan yang dihasilkan dari proses konstruksi, perbaika n atau perubahan disebut limbah ………………………. 19 Limbah yang mudah terbakar adalah salah satu jenis limbah yang digolongkan berdasarkan ………. 20 Karbon monoksida CO merupakan polutan udara yang dapat menyebabkan ……………………………

Untukmengatasi hal tersebut, perlu dilakukan pengolahan air limbah. Pengolahan air limbah dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Pembuatan Kolam Stabilisasi (Secara alami) Dalam kolam stabilisasi, air limbah diolah secara alamiah untuk menetralisasi zat-zat pencemar sebelum air limbah dialirkan ke sungai. Kolam stabilisasi yang umum digunakan

sumber foto Limbah cair adalah jenis limbah yang banyak dihasilkan dari kegiatan proses produksi sebuah industri sehingga limbah cair sangat identik dengan limbah industri. Banyak kasus pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh kurang tepatnya penanganan limbah cair sehingga mencemari sumur warga. 10 Cara menangani limbah cair dibawah ini bisa membantu kita dalam melakukan penanganan limbah cair yang mungkin sangat mengganggu hidup kita. 10 CARA PENANGANAN LIMBAH CAIR 1. PENYARINGAN Limbah cair bisa di saring / difiltrsi unt memisahkan partikel tersusensi dari air 2. FLOTASI Flotasi merupakan proses penanganan limbah dengan cara membuang dan memisahkan partikel yang mengapung diatas permukaan air 3. ABSORBSI/ PENYERAPAN Proses absorbsi ini dilakukan dengan menggunakan karbon sehngga partikel yang tidak dibutuhkn bisa terserap dan terpisah dari air 4. PENGENDAPAN Pengendapan diakukan dengan tujan supaya bahan yangtidak mudah larut bisa terpisah dari air. Proses ini dilakukan dengan cara menambahkan elektrolit 5. PENYISIHAN Penyisihan dapat dilakuan dengan cara mengoksidsi limbah cair sehingga zatorganis beracun bisa terpisah dari air 6. MENGHILANGKAN MATERIAL ORGANIK Pada cara penanganan limbah cair ini dilakukan dengan cara memberikan mikroorganisme supaya material organik dalam air hancur atau hilang 7. MENGHILANGKAN ORGANISME PENYEBAB PENYAKIT Pada proses ini, kita bisa menggunakan sinar ltravioletataupun menambahkan khlorin 8. PENGHANCURAN PARTIKEL PERUSAK Ini perlu dilakukan untuk melindungi alat dari partiel – partikel yanng bersifat merusak 9. PENGGUNAAN KOLAM OKSIDASI Ini merupakan metode penanganan limbah cair secara Biologi 10. PENGURANGAN LIMBAH CAIR Jumlah limbah cair bisa dikurangi dengan cara mengefisienkan proses produksi sehingga jumlah limbah cair yang dihasilkan bisa diminimalisir Sumber
Tidakhanya merusak ekosistem laut karena adanya limbah plastik, sampah ini juga bisa menyebabkan beberapa masalah lainnya seperti berikut: 1. Rantai makanan hewan rusak. Selain merugikan manusia, cara mengolah limbah plastik merupakan salah satu cara terbaik untuk mencegah kerusakan rantai makanan pada hewan.
Berikut Cara Pengolahan Air Limbah Secara Alami Kecuali. Kolam anaerob kolam maturasi ipal kolam fakultatif kolam aerob jawaban yang benar adalah Proses ini brfungsi untuk mengurangi atau. Berikut Cara Pengolahan Air Limbah Secara Alami Kecuali Eva from Berikut termasuk cara penanganan limbah secara sederhana, kecuali… Proses ini brfungsi untuk mengurangi atau. Pengolahan ini dianggap sebagai cara yang murah dan efisien. Kolam Anaerob Kolam Maturasi Ipal Kolam Fakultatif Kolam Aerob Jawaban Yang Benar Adalah Yang bukan termasuk cara pengolahan air limbah secara alami adalah. Upaya pengelolaan limbah b3 dapat dilakukan melalui tahapan sebagai. Pengolahan limbah bertujuan mempercepat proses alami pada suatu unit pengolah limbah sehingga kondisi dapat terkontrol. Harun Abdul Aziz Kang Har Sejauh Yang Saya Rasakan Hingga Saat Ini Bahwa Teknik Lingkungan. Pengolahan air limbah secara alamiah dapat dilakukan. Untuk itu limbah b3 perlu dikelola antara lain melalui pengolahan limbah b3. Pengolahan sekunder secondary treatment merupakan pengolahan limbah cair secara biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme untuk. Tidak Hanya Dari Pabrik Atau Perusahaan Produksi Saja, Limbah Anorganik Cair Ini Juga Bisa Berasal Dari Aktivitas Atau Kegiatan Rumah Tangga, Seperti Dari Air Sabun Cuci Dan. Berikut ini adalah cara paling ekonomis dan efektif untuk menangani limbah, kecuali. Proses ini brfungsi untuk mengurangi atau. Pengujian kandungan kimia air menggunakan air teh. Pengolahan Air Limbah Dapat Dilakukan Dengan Dua Cara, Yaitu Badan air laut bal adalah sebagai bap. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat alat penjernih air dengan bahan alami meliputi Nah, itulah 2 cara untuk membuat air limbah cukup aman dialirkan ke sungai. Untuk Daerah Industri Dan Perkotaan Tentu Pengolahan Air Limbah Secara Alami Tidak Layak Feasible Dan Harus Digunakan Pengolahan Intensif, Karena Lahan Tidak Tersedia Dan Mahal. Berikut cara pengolahan air limbah secara alami, kecuali? Pengelolaan air limbah teknik sipil. badan air mengalir bam yang sebagai bap, kecuali di daerah perkotaan pantai.

Disini, kamu akan belajar tentang Pengolahan Limbah melalui latihan soal interaktif dalam 3 tingkat kesulitan (mudah, sedang, sukar). Apabila materi ini berguna, bagikan ke teman atau rekan kamu supaya mereka juga mendapatkan manfaatnya. Latihan Soal Pengolahan Limbah (Mudah)

TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH B3 Admin dlh 30 September 2019 137395 kali GIAT DLH Pengelolaan Limbah B3 merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan pelaku pengelolaan limbah B3 antara lain Penghasil Limbah B3 Pengumpul Limbah B3 Pengangkut Limbah B3 Pemanfaat Limbah B3 Pengolah Limbah B3 Penimbun Limbah B3 Mayoritas pabrik tidak menyadari, bahwa limbah yang dihasilkan termasuk dalam kategori limbah B3, sehingga limbah dibuang begitu saja ke sistem perairan tanpa adanya proses pengolahan. Pada dasarnya prinsip pengolahan limbah adalah upaya untuk memisahkan zat pencemar dari cairan atau padatan. Walaupun volumenya kecil, konsentrasi zat pencemar yang telah dipisahkan itu sangat tinggi. Selama ini, zat pencemar yang sudah dipisahkan atau konsentrat belum tertangani dengan baik, sehingga terjadi akumulasi bahaya yang setiap saat mengancam kesehatan manusia dan keselamatan lingkungan hidup. Untuk itu limbah B3 perlu dikelola antara lain melalui pengolahan limbah B3. Gambar Limbah B3 Upaya pengelolaan limbah B3 dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut Reduksi limbah dengan mengoptimalkan penyimpanan bahan baku dalam proses kegiatan atau house keeping, substitusi bahan, modifikasi proses, maupun upaya reduksi lainnya. Kegiatan pengemasan dilakukan dengan penyimbolan dan pelabelan yang menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3 berdasarkan acuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-05/Bapedal/09/1995. Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya. Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive dan peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus dalam pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami penguraian atau dekomposisi saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas pun terbatas sebesar maksimum fifty kg per kemasan sedangkan limbah yang memiliki aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan. Penyimpanan dapat dilakukan di tempat yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku acuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01l/Bapedal/09/1995. Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus disimpan dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan limbah. Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 2×2 kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan harus dihindari adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel. Bangunan penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke arah bak penampung dengan kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan sistem penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan korosi. Pengumpulan dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan pada ketentuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-­01/Bapedal/09/1995 yang menitikberatkan pada ketentuan tentang karakteristik limbah, fasilitas laboratorium, perlengkapan penanggulangan kecelakaan, maupun lokasi. Kegiatan pengangkutan perlu dilengkapi dengan dokumen pengangkutan dan ketentuan teknis pengangkutan. Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum memiliki peraturan pengangkutan limbah B3 hingga tahun 2002. Peraturan pengangkutan yang menjadi acuan adalah peraturan pengangkutan di Amerika Serikat. Peraturan tersebut terkait dengan hal pemberian label, analisa karakter limbah, pengemasan khusus, dan sebagainya. Persyaratan yang harus dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang berarti. Selain itu, kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektifitas kemasan tidak berkurang selama pengangkutan. Limbah gas yang mudah terbakar harus dilengkapi dengan head shields pada kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas untuk mencegah kenaikan suhu yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute pengangkutan khusus selain juga adanya kewajiban kelengkapan Material Safety Data Sheets MSDS yang ada di setiap truk dan di dinas pemadam kebarakan. Upaya pemanfaatan dapat dilakukan melalui kegiatan daur ulang recycle, perolehan kembali recovery dan penggunaan kembali reuse limbah B3 yang dlihasilkan ataupun bentuk pemanfaatan lainnya. Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi, solidifikasi secara fisika, kimia, maupun biologi dengan cara teknologi bersih atau ramah lingkungan. Kegiatan penimbunan limbah B3 wajib memenuhi persyaratan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999. Beberapa metode penanganan limbah B3 yang umum diterapkan adalah sebagai berikut Metode Pengolahan secara Kimia, Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap koloid, logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan tergantung jenis dan kadar limbahnya. Proses pengolahan limbah B3 secara kimia yang umum dilakukan adalah stabilisasi/ solidifikasi. Stabilisasi/ solidifikasi adalah proses mengubah bentuk fisik dan/atau senyawa kimia dengan menambahkan bahan pengikat atau zat pereaksi tertentu untuk memperkecil/membatasi kelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang. Definisi stabilisasi adalah proses pencampuran limbah dengan bahan tambahan dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur, dan bahan termoplastik. Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur CaOH2, dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995. Apabila konsentrasi logam berat di dalam air limbah cukup tinggi, maka logam dapat dipisahkan dari limbah dengan jalan pengendapan menjadi bentuk hidroksidanya. Hal ini dilakukan dengan larutan kapur CaOH2 atau natrium hidroksida NaOH dengan memperhatikan kondisi pH akhir dari larutan. Pengendapan optimal akan terjadi pada kondisi pH dimana hidroksida logam tersebut mempunyai nilai kelarutan minimum. Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali misalnya air kapur, sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > ten,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > nine,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [CrOH3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor FeSO4, SO2, atau Na2S2O5. Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan cara menambahkan senyawa kimia tertentu yang larut dan dapat menyebabkan terbentuknya padatan. Dalam pengolahan air limbah, presipitasi digunakan untuk menghilangkan logam berat, sufat, fluoride, dan fosfat. Senyawa kimia yang biasa digunakan adalah lime, dikombinasikan dengan kalsium klorida, magnesium klorida, alumunium klorida, dan garam – garam besi. Adanya complexing agent, misalnya NTA Nitrilo Triacetic Acid atau EDTA Ethylene Diamine Tetraacetic Acid, menyebabkan presipitasi tidak dapat terjadi. Oleh karena itu, kedua senyawa tersebut harus dihancurkan sebelum proses presipitasi akhir dari seluruh aliran, dengan penambahan garam besi dan polimer khusus atau gugus sulfida yang memiliki karakteristik pengendapan yang baik. Pengendapan fosfat, terutama pada limbah domestik, dilakukan untuk mencegah eutrophicationdari permukaan. Presipitasi fosfat dari sewage dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu penambahan slaked lime, garam besi, atau garam alumunium. Koagulasi dan Flokulasi digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi dari cairan jika kecepatan pengendapan secara alami padatan tersebut lambat atau tidak efisien. Proses koagulasi dan flokulasi adalah konversi dari polutan-polutan yang tersuspensi koloid yang sangat halus didalam air limbah, menjadi gumpalan-gumpalan yang dapat diendapkan, disaring, atau diapungkan. Beberapa kelebihan proses pengolahan kimia antara lain dapat menangani hampir seluruh polutan anorganik, tidak terpengaruh oleh polutan yang beracun atau toksik, dan tidak tergantung pada perubahan konsentrasi. Pengolahan kimia dapat meningkatkan jumlah garam pada effluent, meningkatkan jumlah lumpur sehingga memerlukan bahan kimia tambahan akibatnya biaya pengolahan menjadi mahal. Metode Pengolahan secara Fisik Sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, dilakukan penyisihan terhadap bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung. Penyaringan atau screening merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi clarification atau pemekatan lumpur endapan sludge thickening dengan memberikan aliran udara ke atas air flotation. Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik misalnya fenol dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran reverse osmosis biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal. Evaporasi pada umumnya dilakukan untuk menguapkan pelarut yang tercampur dalam limbah, sehingga pelarut terpisah dan dapat diisolasi kembali. Evaporasi didasarkan pada sifat pelarut yang memiliki titik didih yang berbeda dengan senyawa lainnya. Metode insinerasi atau pembakaran dapat diterapkan untuk memperkecil volume limbah B3. Namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengendalian agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara. Pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3 yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3. Insinerator adalah alat untuk membakar sampah padat, terutama untuk mengolah limbah B3 yang perlu syarat teknis pengolahan dan hasil olahan yang sangat ketat. Ukuran, desain dan spesifikasi insinerator yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik dan jumlah limbah yang akan diolah. Insinerator dilengkapi dengan alat pencegah pencemar udara untuk memenuhi standar emisi. Insinerasi mengurangi book dan massa limbah hingga sekitar 90% volume dan 75% berat. Teknologi ini bukan solusi terakhir dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Kelebihan metode pembakaran adalah metode ini merupakan metode hemat uang di bidang transportasi dan tidak menghasilkan jejak karbon yang dihasilkan transport seperti pembuangan darat. Menghilangkan ten% dari jumlah limbah cukup banyak membantu mengurangi beban tekanan pada tanah. Rencana pembakaran waste-to-energy WTE juga memberikan keuntungan yang besar dimana limbah normal maupun limbah B3 yang dibakar mampu menghasilkan listrik yang dapat berkontribusi pada penghematan ongkos. Pembakaran 250 ton limbah per hari dapat memproduksi megawatt listrik sehari berharga $3 juta per tahun. Kerugian metode pembakaran adalah adanya biaya tambahan dalam pembangunan instalasi pembakaran limbah. Selain itu pembakaran limbah juga menghasilkan emisi gas yang memberikan efek rumah kaca. Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi atau heating value limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open up pit, unmarried chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit of measurement. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan. Metode Pengolahan secara Biologi Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang berkembang dewasa saat ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan fitoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3. Sedangkan fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih murah dibandingkan metode kimia atau fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses bioremediasi dan fitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di dalam ekosistem. Metode Pembuangan Limbah B3 Sumur dalam atau sumur injeksi deep well injection Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah dengan memompakan limbah tersebut melalui pipa ke lapisan batuan yang dalam, di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap di lapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air. Pembuangan limbah B3 melalui metode ini masih mejadi kontroversi dan masih diperlukan pengkajian yang integral terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan. Data menunjukkan bahwa pembuatan sumur injeksi di Amerika Serikat paling banyak dilakukan antara tahun 1965-1974 dan hampir tidak ada sumur baru yang dibangun setelah tahun 1980. Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu usaha membuang limbah B3 ke dalam formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi yang memiliki kemampuan mengikat limbah, sama halnya formasi tersebut memiliki kemampuan menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah strktur dan kestabilan geologi serta hidrogeologi wilayah setempat. Kolam penyimpanan atau Surface Impoundments Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang diperuntukkan khusus bagi limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkonsentrasi dan mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara. Landfilluntuk limbah B3 atau Secure Landfills Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus dengan pengamanan tingkat tinggi. Pada metode pembuangan secure landfill, limbah B3 dimasukkan kedalam pulsate atau tong-tong, kemudian dikubur dalamlandfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3. Landfill harus dilengkapi peralatan monitoring yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif. Metode secure landfillmerupakan metode yang memiliki biaya operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang karena limbah akan semakin menumpuk.
Metodedan Cara Penanganan Limbah Padat. Ada beberapa cara metode penanganan limbah padat yang bisa diolah menjadi pupuk salah satunya. Berikut dibawah ini sebuah penjelasannya: 1. Metode Cara Sebuah Composting. Metode ini merupakan suatu cara penanganan limbah padat yang berjenis organik diolah menjadi pupuk kompos melalui proses fermentasi.
Melalui artikel ini, kita akan mengenal tentang teknik 3R, yakni Reduce, Reuse, dan Recycle untuk mengurangi dan mendaur ulang sampah. Simak, yuk! — Kamu tahu nggak sih, pada akhir tahun 2021 lalu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLHK menyebutkan bahwa total sampah nasional sepanjang tahun 2021 mencapai angka 68,5 juta ton. Jumlah ini meningkat dari jumlah sampah nasional tahun 2020 yakni sebesar 67,8 juta ton. Selain itu, pada tahun 2021, disebutkan juga bahwa sebanyak 17 persen dari jumlah total sampah nasional, atau sekitar 11,6 juta ton, merupakan sampah plastik. KLHK memperkirakan salah satu penyebab dari jumlah sampah plastik yang mencapai 17 persen ini adalah semakin maraknya kegiatan belanja online yang seringkali melibatkan packaging berupa plastik pembungkus dan bubble wrap. Apalagi kalau barang yang dibeli adalah barang yang rentan rusak atau pecah, maka plastik pembungkus dan bubble wrap-nya pasti akan dibuat lebih tebal lagi. Sampah plastik sendiri merupakan jenis sampah yang berbahaya bagi lingkungan karena membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai. Oleh karena itu, sampah plastik harus dikelola, karena jika tidak ada pengelolaan sampah plastik yang baik, diperkirakan jumlah sampah plastik akan sama banyaknya dengan ikan di laut. Duh, serem ya guys! Dalam kehidupan sehari-hari, sampah dikenal juga dengan sebutan limbah. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari proses produksi, baik oleh industri, maupun domestik atau rumah tangga. Limbah ini biasanya tidak diinginkan karena dinilai nggak memiliki nilai ekonomis, makanya limbah sudah pasti dibuang. Nah, limbah yang dibuang inilah yang tiap tahunnya menyumbang angka pada jumlah sampah nasional tahunan yang tadi kita bahas. Duh, kalau setiap tahun jumlah limbah terus meningkat, gimana ya? Nggak mau kan, kalau bumi kita yang asri ini lama-kelamaan jadi penuh sampah dan nggak bisa ditinggali lagi? 🙁 Makanya, kita semua harus sama-sama bergerak untuk mengurangi jumlah sampah di bumi ini, guys! Proses daur ulang sampah yang bisa kita lakukan adalah dengan teknik 3R, yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle. Hmm, apa itu 3R dan apa contohnya? Kita bahas satu per satu, yuk! Reduce Mengurangi Reduce adalah mengurangi pemakaian barang-barang yang bisa menimbulkan sampah. Teknik daur ulang sampah ini adalah cara yang paling mudah dilakukan supaya jumlah sampah nggak semakin meningkat. Contohnya, ketika belanja, kita bisa membawa tas belanja sendiri dari rumah sehingga kita tidak perlu tas plastik dari toko. Selain itu, kita juga bisa membawa botol minum sendiri dari rumah ketika bepergian. Jadi, kalau tiba-tiba haus dan pengen beli boba, kita bisa minta penjualnya untuk mengisikan boba pesanan kita ke dalam botol minum yang kita bawa sendiri. Jangan lupa bawa tas belanja sendiri dari rumah setiap kali mau belanja! Sumber Kamu juga boleh banget membawa kotak makan sendiri dari rumah ketika makan di restoran, lho! Jadi, kalau makanan kamu nggak habis, kamu nggak perlu minta wadah pembungkus dari restoran untuk membawa pulang sisa makanan kamu, karena kamu bisa meletakkannya ke dalam kotak makan yang kamu bawa. Dengan cara-cara tersebut, kamu sudah turut membantu untuk mengurangi jumlah sampah. Baca juga Polutan Penyebab Pencemaran Tanah Reuse Menggunakan Kembali Setelah reduce, kita juga harus melakukan reuse. Seperti namanya, reuse adalah menggunakan kembali barang-barang yang ada di sekeliling kita dengan semaksimal mungkin. Artinya, kalau barangnya masih layak pakai, jangan keburu dibuang ya, guys. Contohnya, saat kita belanja online, biasanya paket kita akan dibungkus dengan bubble wrap dan kardus, kan? Nah, bubble wrap dan kardus itu bisa kita simpan untuk digunakan kembali. Jadi, kalau belanja online, bubble wrap dan kardusnya jangan langsung dibuang, ya! Packaging belanja online masih bisa disimpan dan dipakai ulang, lho! Sumber Selain itu, kita juga bisa mengurangi penggunaan barang-barang yang mudah rusak atau barang yang hanya sekali pakai dan beralih ke barang-barang yang lebih reusable. Contohnya, untuk membersihkan wajah dari debu atau make up, biasanya kita akan menggunakan kapas sekali pakai, kan? Nah, saat ini sudah tersedia lho, kapas yang bisa digunakan berkali-kali atau biasa disebut sebagai reusable cotton pads. Kapas ini bisa dicuci dan digunakan berulang kali, sehingga tidak banyak menimbulkan sampah dan tentunya kita bisa jadi lebih hemat juga karena kita jadi nggak perlu beli kapas terus-menerus. — Butuh contoh-contoh lainnya tentang daur ulang sampah? Coba tanya di Roboguru, yuk! Download aplikasi Ruangguru dan tanyakan pertanyaanmu terkait materi apa saja di Roboguru! Recycle Mendaur Ulang Apa sih yang dimaksud dengan daur ulang? Daur ulang atau recycle adalah proses pengolahan limbah menjadi barang baru yang memiliki manfaat dan bisa digunakan kembali. Paham, kan? Nah, terus apa saja ya contoh daur ulang itu? Contohnya, kalau kita punya kain perca atau kain-kain bekas yang biasanya berupa potongan dari kain utuh, bisa dijahit dengan kain perca lainnya menjadi gorden. Contoh lainnya yaitu plastik bungkus bekas makanan atau deterjen bisa dikumpulkan dan dijahit menjadi taplak meja anti air. Selain itu, kita juga bisa mengolah botol plastik bekas air mineral menjadi vas bunga atau wadah alat tulis. Bisa juga mengolah sedotan plastik dan kertas bekas menjadi hiasan berbentuk bunga. Botol bekas bisa direcycle menjadi vas bunga Sumber Oh iya, kamu tahu nggak sih di Tokyo, Jepang ada tempat pengumpulan dan daur ulang sampah anorganik lho, khususnya sampah kaca dan plastik. Jadi, pertama-tama, sampah-sampah anorganik dari berbagai wilayah di Tokyo dikumpulkan dan dibawa ke tempat pengolahan. Lalu, sampah-sampah tersebut akan dipilah sesuai jenisnya. Setelah dipilah, sampah kaca akan dihancurkan menggunakan mesin, sementara sampah plastik akan dipadatkan menggunakan mesin. Nah, sampah kaca yang sudah dipecahkan kemudian dikumpulkan dan didaur ulang menjadi bahan paving jalan atau kembali menjadi botol. Kalau sampah plastik yang telah dipadatkan akan diproses lebih lanjut, sehingga menjadi benang-benang fiber yang kemudian dapat dimanfaatkan menjadi pakaian. Baca juga Apa Saja Jenis-Jenis Interaksi dalam Ekosistem? Eits, sampah plastik juga bisa didaur ulang menjadi paving block, lho! Caranya adalah dengan melelehkan sampah plastik, lalu dicetak menjadi paving block. Meskipun terbuat dari sampah plastik, bentuk dan kekuatannya sama lho, seperti paving block pada umumnya. Tapi, paving block ini lebih ringan dan warnanya lebih terang. Wah, ternyata ada banyak cara kan, untuk mengurangi dan mendaur ulang sampah! Kalau kamu sendiri, pernah mendaur ulang sampah juga nggak? Coba ceritain dong, di kolom komentar! Itu dia penjelasan tentang 3R yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle untuk mengurangi dan mendaur ulang sampah. Teknik 3R ini juga bermanfaat dalam menghemat penggunaan sumber daya alam, lho! Selain itu, bisa juga untuk mendapatkan penghasilan, karena hasil dari daur ulang tadi bisa kita jual ke masyarakat. Nah, mulai sekarang, yuk lakukan teknik 3R ini! Jangan lupa juga untuk terus belajar bersama Master Teacher di ruangbelajar! Referensi Irnaningtyas. 2016. Biologi untuk SMA/MA Kelas X Kurikulum 2013. Jakarta Erlangga. Sumber Gambar Gambar Tas Belanja’ [Daring]. Tautan Diakses 30 Maret 2022 Gambar Box Kardus’ [Daring]. Tautan Diakses 30 Maret 2022 Gambar Vas Bunga Recycle’ [Daring]. Tautan Diakses 30 Maret 2022 Gambar Tempat Pengumpulan dan Proses Daur Ulang di Tokyo’ [Daring]. Tautan Diakses 30 Maret 2022 Gambar Paving Block [Daring]. Tautan Diakses 30 Maret 2022 Gambar Sampah Plastik Daur Ulang’ [Daring]. Tautan Diakses 30 Maret 2022 Berikutini termasuk cara penanganan limbah secara sederhana kecuali 2 Lihat jawaban Pengelolaan Limbah B3 merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan pelaku pengelolaan limbah B3 antara lain Penghasil Limbah B3 Pengumpul Limbah B3 Pengangkut Limbah B3 Pemanfaat Limbah B3 Pengolah Limbah B3 Penimbun Limbah B3 Mayoritas pabrik tidak menyadari, bahwa limbah yang dihasilkan termasuk dalam kategori limbah B3, sehingga limbah dibuang begitu saja ke sistem perairan tanpa adanya proses pengolahan. Pada dasarnya prinsip pengolahan limbah adalah upaya untuk memisahkan zat pencemar dari cairan atau padatan. Walaupun volumenya kecil, konsentrasi zat pencemar yang telah dipisahkan itu sangat tinggi. Selama ini, zat pencemar yang sudah dipisahkan atau konsentrat belum tertangani dengan baik, sehingga terjadi akumulasi bahaya yang setiap saat mengancam kesehatan manusia dan keselamatan lingkungan hidup. Untuk itu limbah B3 perlu dikelola antara lain melalui pengolahan limbah B3. Gambar Limbah B3 Upaya pengelolaan limbah B3 dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut Reduksi limbah dengan mengoptimalkan penyimpanan bahan baku dalam proses kegiatan atau house keeping, substitusi bahan, modifikasi proses, maupun upaya reduksi lainnya. Kegiatan pengemasan dilakukan dengan penyimbolan dan pelabelan yang menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3 berdasarkan acuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-05/Bapedal/09/1995. Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya. Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive dan peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus dalam pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami penguraian atau dekomposisi saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas pun terbatas sebesar maksimum 50 kg per kemasan sedangkan limbah yang memiliki aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan. Penyimpanan dapat dilakukan di tempat yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku acuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01l/Bapedal/09/1995. Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus disimpan dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan limbah. Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 2×2 kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan harus dihindari adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel. Bangunan penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke arah bak penampung dengan kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan sistem penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan korosi. Pengumpulan dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan pada ketentuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-­01/Bapedal/09/1995 yang menitikberatkan pada ketentuan tentang karakteristik limbah, fasilitas laboratorium, perlengkapan penanggulangan kecelakaan, maupun lokasi. Kegiatan pengangkutan perlu dilengkapi dengan dokumen pengangkutan dan ketentuan teknis pengangkutan. Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum memiliki peraturan pengangkutan limbah B3 hingga tahun 2002. Peraturan pengangkutan yang menjadi acuan adalah peraturan pengangkutan di Amerika Serikat. Peraturan tersebut terkait dengan hal pemberian label, analisa karakter limbah, pengemasan khusus, dan sebagainya. Persyaratan yang harus dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang berarti. Selain itu, kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektifitas kemasan tidak berkurang selama pengangkutan. Limbah gas yang mudah terbakar harus dilengkapi dengan head shields pada kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas untuk mencegah kenaikan suhu yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute pengangkutan khusus selain juga adanya kewajiban kelengkapan Material Safety Data Sheets MSDS yang ada di setiap truk dan di dinas pemadam kebarakan. Upaya pemanfaatan dapat dilakukan melalui kegiatan daur ulang recycle, perolehan kembali recovery dan penggunaan kembali reuse limbah B3 yang dlihasilkan ataupun bentuk pemanfaatan lainnya. Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi, solidifikasi secara fisika, kimia, maupun biologi dengan cara teknologi bersih atau ramah lingkungan. Kegiatan penimbunan limbah B3 wajib memenuhi persyaratan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999. Beberapa metode penanganan limbah B3 yang umum diterapkan adalah sebagai berikut Metode Pengolahan secara Kimia, Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap koloid, logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan tergantung jenis dan kadar limbahnya. Proses pengolahan limbah B3 secara kimia yang umum dilakukan adalah stabilisasi/ solidifikasi. Stabilisasi/ solidifikasi adalah proses mengubah bentuk fisik dan/atau senyawa kimia dengan menambahkan bahan pengikat atau zat pereaksi tertentu untuk memperkecil/membatasi kelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang. Definisi stabilisasi adalah proses pencampuran limbah dengan bahan tambahan dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur, dan bahan termoplastik. Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur CaOH2, dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995. Gambar solidikasi/stabilisasi Apabila konsentrasi logam berat di dalam air limbah cukup tinggi, maka logam dapat dipisahkan dari limbah dengan jalan pengendapan menjadi bentuk hidroksidanya. Hal ini dilakukan dengan larutan kapur CaOH2 atau natrium hidroksida NaOH dengan memperhatikan kondisi pH akhir dari larutan. Pengendapan optimal akan terjadi pada kondisi pH dimana hidroksida logam tersebut mempunyai nilai kelarutan minimum. Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali misalnya air kapur, sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [CrOH3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor FeSO4, SO2, atau Na2S2O5. Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan cara menambahkan senyawa kimia tertentu yang larut dan dapat menyebabkan terbentuknya padatan. Dalam pengolahan air limbah, presipitasi digunakan untuk menghilangkan logam berat, sufat, fluoride, dan fosfat. Senyawa kimia yang biasa digunakan adalah lime, dikombinasikan dengan kalsium klorida, magnesium klorida, alumunium klorida, dan garam – garam besi. Adanya complexing agent, misalnya NTA Nitrilo Triacetic Acid atau EDTA Ethylene Diamine Tetraacetic Acid, menyebabkan presipitasi tidak dapat terjadi. Oleh karena itu, kedua senyawa tersebut harus dihancurkan sebelum proses presipitasi akhir dari seluruh aliran, dengan penambahan garam besi dan polimer khusus atau gugus sulfida yang memiliki karakteristik pengendapan yang baik. Pengendapan fosfat, terutama pada limbah domestik, dilakukan untuk mencegah eutrophicationdari permukaan. Presipitasi fosfat dari sewage dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu penambahan slaked lime, garam besi, atau garam alumunium. Koagulasi dan Flokulasi digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi dari cairan jika kecepatan pengendapan secara alami padatan tersebut lambat atau tidak efisien. Proses koagulasi dan flokulasi adalah konversi dari polutan-polutan yang tersuspensi koloid yang sangat halus didalam air limbah, menjadi gumpalan-gumpalan yang dapat diendapkan, disaring, atau diapungkan. Beberapa kelebihan proses pengolahan kimia antara lain dapat menangani hampir seluruh polutan anorganik, tidak terpengaruh oleh polutan yang beracun atau toksik, dan tidak tergantung pada perubahan konsentrasi. Pengolahan kimia dapat meningkatkan jumlah garam pada effluent, meningkatkan jumlah lumpur sehingga memerlukan bahan kimia tambahan akibatnya biaya pengolahan menjadi mahal. Metode Pengolahan secara Fisik Sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, dilakukan penyisihan terhadap bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung. Penyaringan atau screening merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi clarification atau pemekatan lumpur endapan sludge thickening dengan memberikan aliran udara ke atas air flotation. Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik misalnya fenol dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran reverse osmosis biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal. Evaporasi pada umumnya dilakukan untuk menguapkan pelarut yang tercampur dalam limbah, sehingga pelarut terpisah dan dapat diisolasi kembali. Evaporasi didasarkan pada sifat pelarut yang memiliki titik didih yang berbeda dengan senyawa lainnya. Metode insinerasi atau pembakaran dapat diterapkan untuk memperkecil volume limbah B3. Namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengendalian agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara. Pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3 yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3. Insinerator adalah alat untuk membakar sampah padat, terutama untuk mengolah limbah B3 yang perlu syarat teknis pengolahan dan hasil olahan yang sangat ketat. Ukuran, desain dan spesifikasi insinerator yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik dan jumlah limbah yang akan diolah. Insinerator dilengkapi dengan alat pencegah pencemar udara untuk memenuhi standar emisi. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% volume dan 75% berat. Teknologi ini bukan solusi terakhir dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Kelebihan metode pembakaran adalah metode ini merupakan metode hemat uang di bidang transportasi dan tidak menghasilkan jejak karbon yang dihasilkan transport seperti pembuangan darat. Menghilangkan 10% dari jumlah limbah cukup banyak membantu mengurangi beban tekanan pada tanah. Rencana pembakaran waste-to-energy WTE juga memberikan keuntungan yang besar dimana limbah normal maupun limbah B3 yang dibakar mampu menghasilkan listrik yang dapat berkontribusi pada penghematan ongkos. Pembakaran 250 ton limbah per hari dapat memproduksi megawatt listrik sehari berharga $3 juta per tahun. Kerugian metode pembakaran adalah adanya biaya tambahan dalam pembangunan instalasi pembakaran limbah. Selain itu pembakaran limbah juga menghasilkan emisi gas yang memberikan efek rumah penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi atau heating value limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan. Metode Pengolahan secara Biologi Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang berkembang dewasa saat ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan fitoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3. Sedangkan fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih murah dibandingkan metode kimia atau fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses bioremediasi dan fitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di dalam ekosistem. Metode Pembuangan Limbah B3 Sumur dalam atau sumur injeksi deep well injection Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah dengan memompakan limbah tersebut melalui pipa ke lapisan batuan yang dalam, di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap di lapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air. Gambar Sumur Injection Pembuangan limbah B3 melalui metode ini masih mejadi kontroversi dan masih diperlukan pengkajian yang integral terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan. Data menunjukkan bahwa pembuatan sumur injeksi di Amerika Serikat paling banyak dilakukan antara tahun 1965-1974 dan hampir tidak ada sumur baru yang dibangun setelah tahun 1980. Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu usaha membuang limbah B3 ke dalam formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi yang memiliki kemampuan mengikat limbah, sama halnya formasi tersebut memiliki kemampuan menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah strktur dan kestabilan geologi serta hidrogeologi wilayah setempat. Kolam penyimpanan atau Surface Impoundments Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang diperuntukkan khusus bagi limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkonsentrasi dan mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara. Landfill untuk limbah B3 atau Secure Landfills Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus dengan pengamanan tingkat tinggi. Pada metode pembuangan secure landfill, limbah B3 dimasukkan kedalam drum atau tong-tong, kemudian dikubur dalamlandfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3. Landfill harus dilengkapi peralatan monitoring yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif. Metode secure landfillmerupakan metode yang memiliki biaya operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang karena limbah akan semakin menumpuk. sumber .
  • lo9akps6lc.pages.dev/85
  • lo9akps6lc.pages.dev/3
  • lo9akps6lc.pages.dev/200
  • lo9akps6lc.pages.dev/388
  • lo9akps6lc.pages.dev/356
  • lo9akps6lc.pages.dev/248
  • lo9akps6lc.pages.dev/18
  • lo9akps6lc.pages.dev/31
  • lo9akps6lc.pages.dev/304
  • berikut termasuk cara penanganan limbah secara sederhana kecuali